Bintang


"Look at the stars, look how they shine for you"
-Yellow by Coldplay-


Wahai makhluk pemalas !
Apa tidak ada lagi yang kau kerjakan? 
Hanya bergelantungan di langit
Bersandar pada bulan
Lalu lari terbirit-birit dikejar fajar

Penggoda,
Apa hanya itu yang kau bisa?
Mengerling pada setiap mata yang memandang
Mencuri perhatian mereka yang bosan dengan kegelapan

Apa kau puas?
Apa kau lega?
Duduk anggun diatas sana
Meludahi setiap manusia dibawah
Tersenyum angkuh penuh kemenangan 

Memang bodoh,
Jutaan manusia rela kau injak-injak
Mereka senang kau buat melayang
Merasa gila, menyangka mampu menyentuhmu

Kutahu kau sengaja
Saat kau perlihatkan paras cantikmu
Setiap kau berjalan gemulai di hamparan angkasa
Coba merayu mata liar kami

Kuyakin kau senang
Ketika kami berkerumun penuh harap
Saling berebut mencoba terbang
Demi merengkuh sinarmu yang semu

Kau benar bintang,
Aku salah satu dari mereka
Yang tak pernah lelah menunggu malam tiba
Merindumu menghias kepolosan langit

Namun sebaiknya kau mengerti
Aku tidak bodoh mengejarmu ke atas awan
Kan ku tunggu saat Tuhan menamparmu
Ketika kau terpaksa turun dari singgasana
Saat kau tersenyum jatuh di pelukanku

Lullaby


 Sesungguhnya mimpi yang mampu membuat kita bangun
-dimas arya bima-



Selamat malam peri,
Kuharap sedikit perih itu tak membuatmu terjaga
Tak membuatmu kehilangan kesempatan menikmati mimpi
Tak pula memaksamu menemani kesakitan

Kulihat kau nampak lelah
Bermain di atas langit tak berbatas
Tempat kau belajar menjadi diktator
Mendandani awan sesuka hati

Samar-samar akan nampak
Pijakan demi pijakan tersembunyi 
Ketika kau terus maju dan menyibakan kabut
Saat kau tak malu sedikit berkalang tanah

Kuharap kau telah mengerti
Tak akan pernah mudah menyulam jaring laba-laba indah
Tak akan ringan meruntuhkan gunung
Selalu sulit untuk mengeringkan lautan

Peri,
Semua berawal dari sini
Sebuah istana mungil
Sepercik angan yang terlontar
Sepenggal Lullaby

Sunday Afternoon


Siang ini terlihat cerah  ..
Langit kota kembang nampak biru ..
Hujan yang bulan ini rutin berkunjung seakan malas mendatangi kami ...
Mungkin beliau lelah melompat dari langit setiap hari ..

Siang ini setengah dari hari minggu saya ..
Minggu yang kuharapkan berjalan lancar ..
Menjadi seperti yang kurencanakan ..
Menjadi hari minggu yang lain dari biasanya ..

Siang ini memang belum cukup indah ..
Aku dan kamu tak seperti biasanya ..
Penuh canda dan gelak tawa ...
Penuh dengan  kisah-kisah menarik dari dunia kita ..

Siang ini sepertinya aku agak menyebalkan..
Mungkin karena aku peduli ..
Atau karena aku yang terlalu sensitif ...
Entah aku terlalu lelah untuk berpikir ..

Siang ini aku ingin engkau tahu ..
Aku masih ingin melihat senyumu lebih lama ..
Masih ingin sesekali memegang tanganmu ..
Masih merindu untuk sekedar bertegur sapa ...

Siang ini akan segera berakhir ..
Aku akan mencoba melobi Tuhan ..
Semoga sore dan malam hari ini ..
Akan berjalan lebih baik ...

Untuk aku ...
Untuk kamu ....
Untuk kita ....

Sandiwara Dua Dekade




Aku tiba di gedung pertunjukan ...
Mulutku dipenuhi dengan senyuman ..
Mataku dipenuhi kenangan ..
Saling berebut menyambangi otak kananku ..
Saling sikut mendapatkan perhatianku ...


Panggung besar mulai terlihat ..
Layar kelabu yang menutupi wajahnya akan segera dibuka..
Aku coba menebak cerita apa yang akan dimainkan ..
Rupanya masih skenario yang selalu dipentaskan setiap malam ...
"Sandiwara Dua Dekade "

Sebuah sandiwara membosankan tentang seorang lelaki bernama "Si Bodoh" ...
Dengan dua dekade perjalanan ..
Dengan peran yang dia mainkan ..
Menjadi pemimpi akan masa depan ..
Namun seringkali babak belur dihajar masa lalu ..

Kutonton semua adegan yang dipentaskan. .
Kulihat beberapa pemain saling bergantian masuk ..
Bermain dengan "Si Bodoh" ..
Ada yang bertahan lama..
Ada yang singgah sebentar.
Ada yang keluar lalu kembali masuk.
Namun hanya "Si Bodoh" yang terus berada di panggung .

Lelaki bodoh itu terus memohon kepada sutradara ...
Dia ingin pemain yang pertama untuk kembali ke atas panggung ..
Entah sedetik atau semenit tapi dia hanya ingin main bersamanya ..
Menyusuri setiap jengkal panggung dan menjalani setiap adegan ..

Sang sutradara hanya diam ..
Dia terus memasukan pemain baru ..
Tidak menghiraukan "Si Bodoh"..
Yang terus meratap dan merajuk ..

Tiba-tiba penonton bersorak ..
Seorang pemain baru nampak memasuki panggung ..
Peri kecil dengan dua sayap cantiknya berjalan dengan anggun ..
Elok wajahnya yang mampu memukau siapapun yang coba memandang ...

Semua mata terpukau ..
Bahkan "Si Bodoh" hanya diam terpana ..
Dia tidak ingin peri kecil kembali ke belakang panggung ..
Dia ingin memulai adegan baru bersamanya ..

Dari kejauhan nampak sang sutradara tersenyum ..
Dialah yang menciptakan skenario..
Hanya dia yang menentukan kapan pemain harus keluar panggung ..
Hanya dia pula yang mengetahui akhir cerita